intelectual property.

you are welcome to look, read, study, and learn. you are welcome to link/share it. you are welcome to quote or rewrite some of my post, but please don't forget to mention me/link my site.
but you are not allowed and please don't take any of the picture (with or without watermark) from this site without my permission.
Showing posts with label Jurnal Harian. Show all posts
Showing posts with label Jurnal Harian. Show all posts

Saturday, March 4, 2017

Jogja Short Stay: 3 hari di Jogja - Makan Enak & Oleh-oleh Seru


Januari lalu aku kedatangan teman lama dari Vietnam bernama Thuy yang main ke Jogja untuk 3 hari. Kenal dan cuma ketemu sekali tujuh tahun yang lalu ketika dia baru lulus SMA dan aku kuliah aja belum lulus. Habis itu bisa dibilang ga pernah ngobrol, tapi heran deh rasanya tetap berasa selalu berteman. Yang namanya hubungan itu memang aneh. Haha.

Rumah kontrakan kami yang sederhana ini memang punya kamar extra, tapi karena saking malasnya dan jarang di rumah, selama ini cuma kami pakai sebagai gudang, dan siapapun yang nginap kami suguhi sofa bed yang ada di ruang TV. Pada suka tampaknya kalo bisa bobok ditonton TV yak. (^ ^);. Demi akomodasi ini, kami merestorasi kamar itu ke fungsinya yang sebenarnya. Ooooh.. kami cukup bangga dengan hasilnya!

ranjang single dari kayu= Rp.600.000
kasur busa single= Rp.400.000
karpet pelapis dinding yang lembab= Rp.25.000/meter

Hari nol: Rabu malam, 18 Januari 2017
Hari-H pun datang, menjemput Thuy di stasiun kereta Lempuyangan dari Bogor di kala hujan rintik-rintik #apaseh. Langsung bisa mengenali satu sama lain, karena meskipun kita sudah sama-sama kerja dan bukan anak sekolahan lagi, kita sama-sama punya gen awet muda! #narsesabes.

Sebelum sampai di rumah, kita mampirkan dulu tamu kita ke salah satu tempat makan fav kita: Angkringan Gadjah di Jl.Kaliurang (search aja pake google dah), langsung suka dia-nya! Bilang sate ayam yang dia ambil enak banget, sampai aku bilang kalo itu sate brutu (pantat ayam), ilfil dia trus dikasih aku! (harusnya aku bilang pas sudah habis ya #noted).
Kamu yang main ke Jogja dan pengen ngangkring tapi suasana berasa cafe yang njawani banget, coba deh tempat ini. Dia buka siang mpe jam 12 malam. Saranku datang yang sore-malam aja, biar bisa milih nasi kucing sesukanya. Banyak varian dan masakannya enak!


Everything was smooth, karena Thuy adalah tipe pengembara yang ga masalah dengan rumah kita yang lebih mirip sarang mahasiswa daripada pasangan suami istri. Dan ternyata oh ternyata, kemampuan ngobrol bahasa inggrisku yang sama sekali ga pernah dicoba ini lancar dengan mengejutkan, saking lancarnya jadi kayak words vomit. Ya karena jujur aja, siapa sih yang peduli grammar kalo lagi ngobrol? Bahasa inggris pun pas-pasan. -kalo suruh pidato bahasa inggris atau bicara formal pasti aku sudah ditendang di kalimat pertama-

Anyway, kami yang di rumah sudah siap-siap untuk taking easy di kerjaan selama Thuy di Jogja buat nemenin (sekalian nyolong piknik. haha)

Hari pertama: Kamis, 19 Januari 2017
Pagi harinya, jam 7 pagi kita ajak Thuy sarapan di kuliner Jogja selanjutnya (kita yang bisa dibilang orang lokal juga suka kesini buat makan kasual..  kalo lagi pengen - jauh jee -): Soto Bathok Mbah Katro di Sambisari (sekali lagi, search google aja kalo belum tahu dan penasaran).
Segeer, enak, disajikan dalam mangkuk bathok kelapa. Jadi kemungkinan kamu bakal pesen dua mangkuk karena besar bathoknya seukuran bra saja. Dan asyiknya lagi, meski dia femes banget, harganya dari dulu baru buka sampe sekarang masih sama, hanya 5000 per porsi. Suka banget deh, dan yang ngelayanin juga ramah-ramah.


Yang lagi maen ke Jogja, harus mampir deh cobain. Datang makin pagi makin oke, karena tempatnya persis di pinggir sawah, jadi kalo pagi, feelingnya bakal enak banget didukung cahaya mentari pagi yang bikin keinget jaman jalan kaki ke sekolah #ketahuananakdesa

Sempet juga kita mampir bentar ke Candi Sambisari yang cuman jalan kaki 15 menit dari tempat makan. Sayang, udah rame aja pagi-pagi, trus mendadak ujaann!
*enggak mendekat karena di TKP sudah penuh orang

* * *
Habis makan langsung dilanjut main seharian di workshop Poyeng Jl Palagan (googling pasti ketemu deh), karena Thuy punya niat mau bawa pulang topi dan syal bikinan sendiri dalam 2 hari. Uwow banget kan?
*dari instagram @poyenghobby
Di workshop Poyeng jalan Palagan yang penuh benang rajut warna-warni mengawe-awe itu, Thuy diajari sama Ria, asisten Poyeng yang lagi jaga. Yup, disini kamu bisa belajar knitting gratis ga pake janjian lho!

Karena Thuy dah sering lihat neneknya merajut dan berkemauan tinggi, langsung dibolehin pegang proyek topi. Demi bisa bikin topi dalam 3 jam, dipilihlah benang dan jarum berukuran paling besar di toko itu (harga tabrak ajaa), dan bener aja, 3 jam kemudian, Thuy memakai 'anak'nya dengan bangga #terharusaya. Kami semua diajakin foto kenang-kenangan pake kamera instax Fuji yang dia punya, trus dikasi satu (yang fotonya ada di paling awal postingan ini). It's instantly became one of my treasure.

Dan pulangnya Thuy masih 'sangu' benang buat bikin syal yang mau dia selesein besok pas perjalanan maen.

Kita mampir makan di warung makan prasmanan baru: Qwadra no MSG di Lempongsari dekat Poyeng -tempatnya bisa dibilang instagramable padahal bukan cafe, dan wifi enabled!-

Malamnya Thuy pergi ketemu temannya yg juga lagi vacation dan nginep di sekitar Prawirotaman buat ngebir bareng. Ngga ikut aku yang ini mah, karena aku engga minum. #havefunajadeh

Hari kedua: Jumat, 20 Januari 2017
hari kedua Thuy pergi main sendiri ngerental mobil ke Candi Cetho (yup, yang di Karanganyar itu) dilanjut ke Gereja Ayam (yang aslinya merpati) di Magelang. E buset dah, staminanya hebat banget deh.

Pulangnya sudah sore, tampaknya Thuy lapar karena di jalan mampir di tempat makan yang engga enak, langsung kita bawa ke sate kambing langganan kita: Jokopi di Jl. Palagan (googling ajaaa) yang berasa plesetannya Jokowi tapi bukan #gojekreceh.

((Engga punya stok foto tempat ini nih, makanannya mengalihkan segalanya #ngeles))

Pasti lapar banget atau enak banget, karena Thuy pesan sate kambing satu porsi, tongseng kambing satu porsi, dan nasi goreng kambing satu porsi, dihabiskan sendiri! #keplokkeplok

Hari ketiga: Sabtu, 21 Januari 2017
Hari ini Thuy hanya punya waktu sampai siang untuk mengejar pesawat ke Lombok buat mantai (kamu puas banget deh main di Indonesianya kak #envydikit). Dia sudah bilang pengen nyobain mbatik. Lucky me, ada workshop batik yang posisinya ga harus menerjang macet di akhir pekan ke pusat kota karena posisinya masih cukup dekat dengan rumah: Batik Sogan Rejodani (silakan googling buat cari info). Dia butik yang jual batik tulis buatan sendiri yang masih buka sampai sekarang dan dulu tempat ini punya resto yang ternyata sudah tutup sebelum sempat kucoba #whyyyy??.

Dan sudah jadi lho syal knitting yang dia kerjain dari dua hari sebelumnya. Uwow!
Dan yang paling asyik, workshopnya engga mahal! Hanya 75.000 dan kamu bisa bawa pulang batik buatanmu sendiri seukuran sapu tangan, dan engga mbeda-bedain turis asing maupun orang lokal. Ibu-ibu pembatik Sogan yang kita gangguin juga asyik-asyik orangnya meski pada sama-sama ga ngerti ngomong apa antara Thuy dan mereka. Seruu! Kapan-kapan ajak temen-temen kesana ah buat 'piknik' mbatik.


Habis puas mbatik, kuanterin aja ke toko oleh-oleh nJogja banget paling kesukaan yang juga sering kudatangi belanja buat dipake sehari-hari: Batik Hamzah yang Jl. Kaliurang atas (udah tahu kan mesti ngapain kalo ga tahu ini dimana? Google manggil tuh.).
Bahkan meskipun Thuy termasuk tomboi, yang namanya cewek kayaknya sama aja ya: suka banget kalo diajak belanja. 3 jam-an ada kali ya disini. Disusur semua dari lante satu sampe lante tiga. Beli kain motif lurik, beli baju-baju buat sendiri dan oleh-oleh, beli aromaterapi wangi kesukaan dan miniatur wayang kulit, bahkan beli CD lagu keroncong juga dia.

Habis itu sebelum nganter ke bandara, kita mampir makan ke Raminten yang tepat ada di sebelahnya. Raminten sendiri ada juga yang di pusat kota di daerah Kota Baru. Rame dan terkenaaall.. Tapi aku lebih suka kesini, ya karena rumahku lebih dekat kesini sih, dan masakannya sama enaknya kok dengan yang di pusat kota. Suasananya juga sama.. waitress-nya (yang semua cowok) pada pake blangkon dan rok batik yang buat cowok (suamiku juga punya kok, cuma dipake pas merti desa aja tapinya). Tempatnya nyaman, berupa joglo dan limasan. Dan selain enak rasanya, yang paling penting masaknya engga pake lama meski rame sekalipun (buat aku rasa enak aja ga cukup kalo masaknya lama, karena aku biasanya pergi ke tempat makan dalam keadaan sudah lapar, males banget kalo mesti dipaksa nunggu setengah jam atau lebih setelah masukin pesanan)


Dari pengalaman diajakin makan di banyak tempat makan enak itu Thuy bilang dia mengerti kenapa aku engga pernah masak (sebenarnya karena ga sempet dan ga hobi sih, tapi aku juga ga suka makan di tempat yang masakanya nggak enak #rewel).

And that's it, sudah ngerasa kangen bahkan sebelum nurunin dia di drop area di bandara Adi Sucipto.

Hope we will meet again ya Thuy, sukur-sukur aku yang ke Vietnam gitu.. #aamiinn

Perjalanan disponsori oleh Ducky -yang kalo Thuy bilang bikin tempat dimanapun dia parkir jadi romantis- (dan sopirnya mas husband Baskara)

*scene dari perjalanan lewat Sindoro-Sumbing beberapa tahun lalu


Salam damai,


ig: @ajeng_poyeng
ajeng-sitoresmi.blogspot.com

Tuesday, January 3, 2017

Kiriman dengan Pos tak tercatat sebaiknya dihindari dulu.

*diantara ribuan buku di gudang Gramedia

Hai hai semuanya,

apakah kamu orang yang suka membaca? Dan yang kamu baca ga harus berbahasa Indonesia? Kalau iya, kamu pasti tahu dong dengan sebuah situs berbasis UK yang menawarkan buku-buku kesukaanmu dengan fasilitas bebas ongkir dan bahkan diskon di buku yang kamu mau itu?

Yup, tak lain tak bukan memang Book Depository!

Oke, ini bukan iklan sama sekali, karena di postingan ini aku mau curhat soal buku yang ga sampai-sampai sejak Oktober 2016, tapi aku ga bisa protes apapun ke situsnya, karena statusnya aku cuma dikirimin dan engga beli sendiri.

Sebelum cerita soal buku yang belum sampai-sampai itu, aku sebenarnya sudah dapat pengalaman tepat sekitar 2 bulan sebelumnya dengan Book Depository yang tiba-tiba lamaa sekali buku yang kupesan sampai. Sebenarnya aku adalah penggemar berat situs ini dan sudah beli disana puluhan kali tanpa ada masalah. Karena pengiriman selalu tepat waktu sesuai estimasi (2-3 hari setelah pembayaran) dan menurutku menunggu 3 minggu itu memang tidak masalah karena bukunya dikirim dari tempat yang jauh. Tapi, pembelian terakhirku ternyata sampai dalam dua bulan!! Aku sampai berpikir bahwa bukuku hilang di jalan dan melapor ke CS Book Depository. Fyuuh, untung saja bukunya akhirnya sampai dengan selamat.

Sebenarnya bukan salah Book Depository juga sih, karena toh mereka selalu mengirim tepat waktu. Dan kemungkinan besar, yang bersalah adalah sistem bea cukai (bener bagian ini kan yang urus?) Pos Indonesia kita yang tercinta, yang entah kenapa bulan-bulan belakangan ini jadi "mengulur" (atau di status terakhir bahkan mungkin "menghilangkan") kiriman buku yang memang statusnya selalu bebas pajak.

*Lihat kumpulan bookmark bonus Book Depository ini.
Ini bukti aku suka beli disana :)
Aku sebenarnya ga masalah jika harus membayar ongkir jika dengan itu aku bisa mendapat nomor resi pengiriman. Tapi sayangnya opsi ini tidak ada di Book Depository. Fasilitas free ongkir yang menjadi andalan situs ini membuat kita mau tak mau harus menerima opsi pengirimannya yang memakai pos tak tercatat.

Nah, sekarang masuk ke cerita inti. Ceritanya pada bulan oktober, untuk pertama kalinya aku janji untuk mereview sebuah buku yang kebetulan berbahasa Inggris, lalu akupun dengan tenang menunggu kiriman buku itu datang. Sebulan sudah lewat, buku masih belum sampai. Aku bertanya deh ke teman yang mengirimi buku itu, ternyata dia mengirim via Book Depository. Duh.. padahal dengan pengamalan terakhir yang aku ceritakan diatas, aku menahan diri untuk tidak membeli dulu ke situs itu.

Okelah, yang sudah terlanjur tak bisa diapa-apakan lagi kan? Maka sejak November 2016, aku setiap minggu selalu datang ke Kantor Pos Indonesia tercinta kita bagian penerimaan kiriman luar negeri untuk menanyakan paket buku atas namaku (ya karena aku tidak punya nomor resi, aku hanya bisa memberikan nama), dan sampai sekarang (2 Januari 2017) selalu dijawab dengan ramah dengan kalimat "belum ada paket atas nama itu".

Aku sudah mutung (nyerah) untuk berharap buku ini akan suatu saat beneran sampai di tanganku. Dan yang paling sedih adalah.. karir review buku yang baru saja ingin coba kumulai sudah pupus duluan sebelum bisa benar-benar dicoba #nangis. Dan aku ga enak banget sama temenku yang udah ngirimin buku.

*hey potterhead, kalung ini bisa kamu dapatkan di [sini] #ngiklandikitAh
Aku sebenarnya tidak tahu untuk barang jenis lain, tapi ada baiknya jika kamu membeli barang dari luar negeri, hindari dulu memakai pengiriman Pos tak tercatat, apalagi kalau barangmu bebas pajak. Membayar sedikit lebih banyak untuk Pos tercatat atau lebih baik lagi memakai EMS akan sangat menghemat waktu menunggumu (dan juga kesehatan mentalmu. Karena menunggu tanpa kepastian itu menyebalkan). Dan ga perlu pakai jasa pengiriman swasta seperti DHL jika masih bisa memakai Pos atau EMS. *Aku sampai sekarang masih secara reguler membeli barang dari luar negeri dan karenanya secara reguler juga berurusan dengan kantor pos, jadi saran ini lebih berdasar pengalaman. Tapi, buku ini sepertinya terpaksa harus kurelakan. #nangislagi

Belakangan, karena aku sepertinya tidak akan tahan tidak membeli buku berbahasa Inggris, aku mencoba mencari alternatif tempat membeli yang pengirimannya memakai nomor resi, dan setelah membanding-bandingkan harga (meskipun juara murah tetap Book Depository) sepertinya Periplus Online menjanjikan untuk dicoba. Bagaimana menurutmu? Apa kamu juga punya pengalaman seperti ini yang ingin kamu bagi?


Salam damai,


ig: @ajeng_poyeng
ajeng-sitoresmi.blogspot.com

Thursday, July 14, 2016

Cerita Mudik trip 2016 : Jogja - Purbalingga - Jogja - Sragen - Jogja

*Salah satu jalur alternatif yang kuambil ketika mudik lebaran kemarin.
Langit biru indah tanpa gangguan kabel-kabel listrik dan papan reklame :D
Mudik tahun ini kami mulai 2 hari sebelum hari raya Idul Fitri. Proses berangkat dari Jogja ke Purbalingga terasa biasa saja karena kami berangkat hampir tengah malam, dan jalanan masih cukup lengang sehingga kami hanya lewat jalur umum yang memang biasa dilewati.

Aku juga tidak sempat jalan-jalan kemanapun, karena suasana sudah keburu ramai di rumah. Di satu-satunya kesempatan jalan-jalan di Purbalingga, aku bisa mendapatkan foto menarik ini. Sayang, saat itu aku hanya membawa ponsel dan bukan kamera DSLR. Jadi kami harus mengekor beberapa waktu di belakang mobil sebelum bisa mengambil foto dengan stabil. :E

*bukan hal biasa buat aku melihat orang menumpang mobil bak terbuka dengan posisi duduk yang seperti ini.
Tenang dan sambil menghadap depan. (biasanya menyamping)
Kesempatan bermain-main dengan kamera DSLRku yang sempat kucueki selama 3 hari, akhirnya datang ketika perjalanan pulang dari Purbalingga ke Jogja di lebaran lebih sehari. Yup, ini saatnya bermain-main dengan GPS dan mencari jalur alternatif yang sesepi mungkin. 

Buat aku, lebih baik perjalanan menjadi lebih lama, dari pada di jalan harus bertemu terlalu banyak kendaraan #beteKaloKetemuTerlaluBanyakOrang.

Perjalanan pulang kali ini, kami memilih jalur terpendek yang ditunjukkan oleh Google Navigation, sekaligus jalur yang paling tidak populer di kalangan pemudik. Yup, karena jalan ini melibatkan menaiki dan menuruni jalan perbukitan yang curam, dengan jurang di kiri atau kanan jalan. Mobil harus dalam keaadan prima jika memutuskan melewati jalan ini. Mobil kami bahkan sempat mogok sekali di tanjakan karena suamiku salah ambil gigi #tegang.

But the views is worth waiting!

*jalan lengang tapi tetap tidak bisa ngebut. Tikungan dan tanjakan/turunan menantimu.
*melewati jajaran hutan pinus. What a view!
Persis setelah kami melewati hutan pinus, kami bisa melihat hamparan air yang luas! Karena kami sampai di waduk Sempor, Kebumen.

Sudah lama sekali sejak terakhir aku mengunjungi sebuah danau atau waduk. Menyenangkan sekali bisa melihat air luas tanpa ombak kencang seperti jika ke pantai. Air yang tenang itu menenangkan hati. ^ ^

Kami beristirahat sejenak sambil selfi beberapa kali disana. #biasalahNamanyaJugaTuris.

*istirahat sejenak di parkiran Waduk Sempor, Kebumen (search aja di google).
Pemandangan waduknya menenangkan!
Menuju pusat kota Kebumen, mau tak mau kami harus melewati jalur mudik yang biasa. Sudah dapat diduga macet parah menanti di perjalanan. Dari pada bosan melihat pantat mobil di depan, aku akhirnya malah berusaha selfi keadaan kursi depan kami. Percobaan berkali-kali membuat batere kameraku hampir habis. #haha. Taruh dulu deh kameranya untuk nanti.

*keadaan kursi depan kami.

Suasana kembali kondusif, ketika kami berhasil menemukan jalur alternatif lain supaya lebih cepat masuk ke jalur Daendels tanpa harus lewat kota. Menyusuri jalur menuju pantai, disambung ke jalan Daendels itu sungguh menyenangkan. Less cars, less stress. 

Sempat kelaparan juga sebelum akhirnya menemukan warung makan yang buka di hari lebaran. Alhamdulillah. :D
*lihat! cakrawala laut selatan terlihat di ujung setiap muara sungai di setiap jembatan yang kami lewati sepanjang jalur Daendels.
*Jalur yang dulu banyak lubang, sekarang halus dan lebar.
* suasana lebaran tak berarti berhenti bekerja.
Semua foto perjalanan ini diambil memakai mode Speed tanpa memelankan laju kendaraan.
Sesampainya di Yogyakarta, sebenarnya kami bisa langsung menuju rumah melalui jalur Wates. Tapi suami memutuskan untuk jalan-jalan dan menghabiskan jalur Daendels hingga jalan Bantul. Di beberapa tempat kami akhirnya mencari jalur alternatif lagi untuk menghindari kemacetan yang parah.

*senja di langit Bantul, DI. Yogyakarta
*matahari terbenam ketika kami sampai ke kota Bantul.
Akhirnya kami sampai di rumah juga dan disambut oleh kucing kami yang jaga rumah selama tiga hari selama kami tinggal ke Purbalingga. Tidur semalam, mudik dilanjut lagi besok.. ke Sragen. Istirahat-istirahat!

Lebaran lebih dua hari. Esoknya selepas Dhuhur, kami berangkat mudik kedua: Jogja menuju Sragen. Memasuki hari kedua setelah lebaran, sudah tak perlu dipertanyakan bagaimana keadaan jalan raya. Warna merah macet dimana-mana! Itulah mengapa ketika kami hampir masuk surakarta, kami memilih jalur klewer, dan untuk selanjutnya main belok sana belok sini demi sebisa mungkin menghindari warna merah di jalur, hingga kami melewati pusat kota.

Kabar baiknya sih, jalan di penjuru kota Solo sudah diaspal dan halus, sehingga kami tidak merasa melewati pedesaan.

Menuju Sragen, sebenarnya kemacetan masih bisa ditolerir. Tapi karena sepertinya asyik jika mencoba sampai ke rumah lewat jalan belakang, maka ketika gambar di Google Maps sepertinya memungkinkan, kami keluarlah dari jalur utama dan berpetualang lagi. #haha.

And, these what we've got!

*Okeee. jalurnya memang besar dan muat mobil. Tapi bentuknya itu lho.. hahaha. Tetap lanjut!
* kamu bisa lihat di ujung jalan, beberapa motor menunggu kami lewat. Karena memang jalurnya kami ambil semua. Haha.
*Astajim, ada traktor diparkir di jalur! Dicari pemiliknya ga ketemu juga.
Deg-degan, kita berusaha lewat. sumpah.. mepeeett banget sama sawah. Kalo tanahnya ga kuat, udah masuk sawah kita.
*permisi numpang lewatt... :D
*ga ada tiang dan kabel listrik. Apalagi papan iklan. :D
*Ini adalah jalan kampung biasa, pemandangan yang tidak bisa didapat jika lewat jalur utama biasa.
Di rumah Sragen sudah tidak begitu ramai karena beberapa kerabat sudah balik ke rumah masing-masing. Ada yang hari liburnya pendek banget.

Kami malah bermain-main dengan anak anjing di rumah, sebelum mereka diadopsikan. XD

*lima anjing dalam satu pelukan! cuteness overload!!
Lebaran lebih tiga hari, kembali menuju Jogja, asyik sekali karena ada kesempatan melewati jalan tol Sragen-Solo yang masih dalam proses pembangunan itu. Lumayan, meskipun belum bisa dipakai ngebut, tapi lengang dan pemandangannya luas. 

*Ini sudah masuk jalan Tol. Serasa lewat jalur alternatif tengah kampung dan sawah.
*penduduk lokal masih bisa lewat dengan leluasa.
Pstt.. spot ini juga jadi favorit untuk jadi tempat foto-foto lho. Mungkin karena tiangnya yang miring tampak menarik.
Mulai keluar dari tol, kami harus putar otak lagi menyiasati warna merah macet, maka kami memutuskan lewat jalur Sukoharjo, supaya keadaan perjalanan menjadi lebih menyenangkan lagi.

*episode kedua, dari selfi keadaan kursi depan
Sebelum sampai Jogja, kami mampir dulu silaturahmi ke rumah sahabat di Klaten. Lumayan meluruskan kaki selama 1-2 jam.

Perjalanan ke Jogja sekali lagi kami siasati dengan berbelok ke kanan sebelum candi prambanan, supaya bisa langsung keluar di Jl. Kaliurang KM 9 (make Google navigation dengan tujuan Tengkleng Gajah. haha). Karena sudah malam, tidak ada foto yang bisa kuambil dan tidak ada pemandangan yang bisa dilihat. Tujuan utama kami hanya supaya bisa segera sampai rumah dan tidurrrrrrrrrr.... *besoknya masih mesti syawalan di kampung dan di jogja. ^ ^; Dan juga siap-siap kerja lagiii.. 

Tips berkendara mudik lebaran lebih bebas stress: 

Gunakan Google Maps-mu semaksimal mungkin. Jangan hanya mengambil jalur yang disarankan. Perhatikan warna jalur yang kamu pilih, warna merah artinya daerah itu macet. Lihat-lihat di sekitar jalur tersebut, apakah ada jalan lain yang bisa diambil yang akan membawamu menghindari jalur berwarna merah tersebut tanpa menyimpang terlalu jauh dari tujuan akhir perjalananmu.

nb: Cara berkendara ini hanya bisa dipakai untuk tim minimal 2 orang (satu menyetir, satu sebagai navigator). Dan tim adalah orang yang tidak masalah jika sampai tujuan lebih lama dari pada lewat jalur utama yang macet. Tim juga harus kompak dan saling mempercayai satu sama lain ya, karena sopir ga bakal sempet cek jalur, jadi navigator yang tanggung jawab pastiin jalurnya nyambung.

It's not about the destination, it's about the journey. ;)



ajeng-sitoresmi.blogspot.com

Wednesday, March 11, 2015

Jurnal harian : Kalau aku tidak bisa tidur

[sumber]
Kadang kalau sudah diatas jam 12 malam dan aku belum juga ngantuk, tapi aku sudah ingin bisa segera tidur, beberapa hal ini adalah cara yang kulakukan supaya kantuk datang, tanpa melibatkan bangun dari kasur untuk mencari susu hangat : (*sebagian gambar didapat dari google image dengan menyertakan sumber)

1. Ngerajut (Knitting)

[sumber]
Ngerjain hobi memang bisa bikin kita melek terus dan lupa tidur, termasuk juga ngerajut (yang juga adalah hobi utamaku). Tapi sebaliknya, ngerajut juga bisa bikin kamu ngantuk lho.. terutama kalau kamu ngerajut tusukan yang sama terus (seperti Knit) pas ngerjain rajutan besar. Jadi, siapkan satu proyek besar suka-suka bertusuk pengulangan yang membosankan yang akan kamu pegang hanya kalau kamu pengen ngantuk. 

2. Main CrossMe Color


Puzzle game satu ini adalah mainan favoritku di hape (dan juga satu-satunya game yang aku rela bayar buat dapat versi unlimitednya). Dia masang-masangin warna ke tempatnya dengan hanya petunjuk angka, dengan hasil akhir sebuah bentuk lukisan puzzle. Game ini bisa membunuh kebosanan dengan efektif tanpa harus main kejar-kejaran atau cepet-cepetan dan bisa bikin kamu lupa waktu.
Entah kenapa kalau aku mainan ini sambil tiduran di kasur, selalu hanya lolos sampai satu puzzle. Habis itu.. ngantuk!

3. Dengerin Relax Melodies

[sumber]
Aplikasi suara yang satu ini memang diciptakan untuk mengantarkanmu tidur pulas. Lebih efektif daripada tidur sambil dengerin playlist lagu dari headset. Kamu bisa memilih sendiri suara-suara apa yang membuatmu tenang tidur. Aku sendiri menyukai tidur diiringi suara hujan dan jangkrik.. kalau sedang musim kemarau aku akan menghidupkan aplikasi ini jika kangen tidur diiringi suara hujan. Aplikasi ini terutama akan sangat berguna jika kamu sedang travelling dan kangen dengan suasana suara di sekitar kamar tidurmu di rumah. Selain di android phone, juga sudah ada di windows phone juga!

4. Minta dipijetin
[sumber]
Yang ini sih hanya bisa dilakukan jika kamu punya teman sekamar, dan si teman sekamar juga belum tidur duluan dan lagi engga capek sendiri (atau mungkin kamu bisa memanfaatkan kucingmu?). Dipijetin (bukan pijat refleksi lho) selalu efektif bikin kita bisa tidur, dijamin besoknya kamu akan bangun dan lupa kapan kamu ketiduran karena dipijitin. Tapi kemewahan yang satu ini memang jarang bisa didapatkan sih, jadi kalau ada kesempatan, ambil saja. :p


Yang jelas, sebisa mungkin harus bisa tidur dalam keadaan rileks. Soalnya kalau tidak, bisa mendadak kena mimpi ketemu yang 'engga-engga'. >_<

semoga kamu tidur nyenyak tanpa mimpi buruk
[sumber]

ajeng-sitoresmi.blogspot.com

Monday, February 9, 2015

Pets : Cerita tentang si Batman, kucing liar di depan rumahku.

Aku belum memelihara kucing lagi sejak Beck mati, tapi bagaimanapun kalau namanya orang suka kucing, ya ngga bisa tahan kalau ada kucing berkeliaran di sekitar rumah, meskipun itu sebenarnya kucing liar.

Awal ceritanya adalah sewaktu kucing liar betina yang berseliweran di komplek perumahanku melahirkan anak. Kucing liar ini sungguhan liar dalam arti sebenarnya, dan bukan kucing jinak yang kebetulan engga punya rumah. Yang ini sama sekali tidak bisa dipegang!

Mendadak si betina tiga warna ini bersarang di bawah rimbunnya tanaman pandan di halaman rumah yang waktu itu memang sudah sangat besar dan merambat kemana-mana, sampai air hujanpun tidak bisa tembus ke bawahnya (aku baru tahu sewaktu aku memutuskan untuk memotong habis semuanya baru-baru ini, tanahnya kering kerontang). Kubiarkan dong tentu saja. Mengingat mayoritas orang di perumahanku sama sekali tidak suka kucing, lebih baik mereka aman di halaman rumahku kan. Kadang, si induk memindahkan anak-anaknya ke pojokan garasi rumah terutama jika hujan sangat lebat. Dan dari sanalah aku bisa mendapatkan foto ini. :)

*matanya masi biru semua, alias belum bisa melihat
Waktu berlalu, dan si induk sudah pindah dari kebun dan garasi rumah. Ada satu kejadian konyol, ketika mereka pernah bersarang di rumah kosong di depan, dan ketika si induk memutuskan pindah lagi dan ternyata tampaknya waktu itu anak-anaknya sudah terlalu berat untuk digigit. Si induk hanya melompat keluar pagar dan meminta anak-anaknya mengikutinya, tapi ternyata hanya satu yang bisa, karena yang seekor lagi tampaknya sudah lama mati di dalam, dan yang seekor lagi tidak bisa melompat!! Kucing tapi tidak bisa melompat!? Ya tapi itulah kenyataannya, tampaknya dia tipe yang lambat belajar. Eongannya sampai berhari-hari, hingga akhirnya tetangga turun tangan, mengungkit sedikit pintu garasi rumah kosong tersebut supaya si kucing bisa keluar dan tentunya berhenti mengeong.

Tapi tampaknya si kucing yang bodoh ini adalah kucing yang beruntung. Sekarang aku hanya melihat dia dan si betina induknya yang masih berkeliaran di komplek. Entah kemana saudara satunya. Dan si bodoh inilah yang sekarang tampaknya sudah secara tidak resmi menjadi kucing di rumahku. Dia selalu kupanggil batman, jelas karena motifnya. Dan dia tentulah masih menjadi kucing liar yang sama sekali tidak bisa disentuh seberapa lamapun kami yang tinggal di rumah ini berusaha untuk menjinakkannya. 

*sendalku dicakar-cakar T.T
Sekarang dia selalu tidur di kursi teras atau bawah kendaraan. Sudah tidak terlalu heboh jika melihat kita berada di dekatnya, dan tentunya selalu rajin meminta makan 3 kali sehari! Bahkan mengikuti kami di jalan komplek setiap kami pulang ke rumah, tentunya sih jelas cuma untuk meminta makan. Kami membeli makanan kucing khusus untuk memberi makan dia (biar bulunya tetap halus berkilau.. hahaha). Dan kadang dia mau masuk ke rumah, meskipun kalau kami mendekat dia pasti langsung keluar rumah lagi, dan juga langsung hilang nafsu makan jika dia dikurung dalam rumah (ya, kami pernah mencobanya).

Dan inilah enaknya punya peliharaan kucing liar :
1. Tidak perlu menyediakan kotak pup. Tentunya dia cari sendiri.
2. Tidak perlu pilih-pilih makanan. Apa saja mau!
3. Tidak perlu menyediakan dan memastikan kucingmu minum, karena dia sudah punya sumber minum sendiri.
4. Tidak perlu divaksin dan ke dokter, karena toh dia tidak tinggal di rumah dan kamu tidak pernah memegangnya dan berinteraksi langsung dengannya.
5. Tidak perlu mengantarnya grooming, karena ternyata kucing liar yang sehat itu jauh lebih bersih daripada kucing rumah yang sehat. (aku selalu heran kok bisa kupingnya selalu bersih dari noda)
6. Tetap bisa mendapatkan keuntungan melihat muka lucu kucing hampir setiap kamu di rumah.

Kekurangannya punya peliharaan kucing liar :
1. Jangankan mau meluk dan dielus-elus, dipegang saja engga bisa!
2. Meskipun sudah lama sekali 'berteman', kamu akan selalu melihat ragu dan curiga di matanya. Dan hanya terkadang saja dia mau makan di depanmu dengan jarak kurang dari setengah meter.
3. Sesayang apapun kamu ke dia, dia tetap tidak akan jadi peliharaanmu! jadi kalau tiba-tiba kamu ditinggal pergi, ya mesti rela.


Satu-satunya kekhawatiranku adalah jika kami nanti sudah pindah dari perumahan ini, kemana dia akan mencari tempat berteduh dan sedikit kasih sayang.. karena mayoritas penghuni perumahan ini tidak begitu menyukai kucing dan selalu cenderung mengusir. 
Semoga penghuni rumah kontrakan ini setelah kami juga menyukai kucing.


@ajeng_poyeng

Saturday, January 3, 2015

Jurnal Event : Pengalamanku di Pesta Boneka #4


Tahun ini aku akhirnya benar-benar berkesempatan buat nonton Pesta Boneka yang tahun 2014 ini sudah mencapai yang keempat kalinya. Thanks buat Dondi yang nyempetin diri buat ngajakin dan ngingetin (lalu ngebujukin tiada henti buat beli tiketnya via online).

Ngajakin juga denmas Baskara yang bener-bener awam dengan segala macam per-puppet-an, syukur alhamdulillah aku sudah mengajak dia di acara yang tepat untuk pengalaman pertamanya dia tentang dunia puppet ini, sehingga dia tidak menyatakan kapok.

Dondi sendiri memilih untuk berusaha menonton sebanyak mungkin pertunjukan yang ada di LIP antara tangal 5 dan 6 Desember ini. Tapi aku yang mengajak teman baru yang masih awam, dan juga kita punya banyak kerjaan di tempat lain yang ngga bisa ditinggal, tentunya tidak bisa memutuskan untuk seharian hang out disana, dan memilih untuk menonton satu pertunjukkan per hari. Dan thank God, aku memilih pertunjukkan yang tepat.


Tanggal 5 desember, aku memutuskan untuk menonton Anino Shadowplay dari Pilipina, dengan pertunjukkannya Arkipelago 2 : a Story of Intima Sea, yang didedikasikan untuk sahabat puppeteer Don, yang baru-baru saja meninggal dunia.
Pertunjukkan ini asyik dan menarik, kalo saja aku tidak duduk hapir bersebelahan dengan seorang anak muda yang (tampaknya) baru saja mendapatkan kamera DSLR baru, dan memutuskan untuk memotret SEMUA scene yang dia lihat, dengan kecepatan 7 jepret per detik, SETIAP SAAT. (rasanya dia seperti sedang membajak pertunjukkan.. engga sekalian nge videoin aja?)
Ya ampuuunn, aku sampai harus mengelus-elus Baskara dan memenganginya supaya engga benar-benar melempar sandal ke orang itu. Ya, karena di tengah studio yang tenang, kamu akan bisa dengan sangat jelas mendengar suara kamera DSLR menjepret, kawan.
Damned, dan kami kehilangan sebagian jalan cerita karena perhatian kami teralih.

Untung sekali tanggal 6 Desember berhasil menebus semua hal tersebut. Pertunjukan yang kupilih kutonton hari itu adalah Metamorphosis oleh Bernd Ogrodnik dan Hildur M Jonsdottir dari Islandia. Jujur saja, aku memilih ini karena membaca kata Islandia! Salah satu negara yang ingin kukunjungi suatu saat. *semoga kesampaian
Pertunjukkan yang ini benar-benar menyenangkan! Sedari awal sang puppeteer meminta kita untuk tenang, dan memang hanya sedikit sekali aku mendengar suara DSLR dijepret (dan mungkin hanya oleh tim dokumentasi resmi Pesta Boneka), jadi kita benar-benar bisa menikmati sekumpulan cerita pendek yang disajikan disini, dan dibuat kagum dengan daya imajinasi dan kreatifitas sang puppeteer. Dia memakai dari puppet yang paling rumit hingga hanya memakai jari! Membuat cerita jenaka, hingga cerita yang penuh makna mendalam.
Pertunjukkan ini membuat Baskara yang sekarang sudah tidak seawam dulu, mengatakan mau diajak menonton lagi di Pesta Boneka selanjutnya! *yayyy.

Terimakasih Papermoon Puppet Theater, sudah menghadirkan Pesta Boneka untuk bisa kami nikmati juga, dan menutup akhir tahun ini dengan kenangan yang manis. :D *big hug


@ajeng_poyeng


Thursday, August 14, 2014

Jurnal harian : ngomongin Jogja

*Kali Code,  2009

Kalau dihitung sejak masuk kuliah dulu, aku sekarang tinggal di Jogja sudah 10 tahun.
Karena kuliah di UGM dan menjadi pendatang, otomatis daerah jelajahku berada di radius sekitar UGM juga. Macam Jakal bawah, Gejayan, Seturan, dan Malioboro.

Dulu Jakal memang sudah ramai, tapi dulu penuh dengan ruko-ruko kecil, dan beberapa hotel. Sekarang penuh dengan waralaba multinasional, cafe besar, dan butik besar.

Kos-kosan dulu sederhana, sekarang banyak yang seperti kamar hotel.

Daerah jalan Solo antara Seturan hingga pertemuan dengan Gejayan dulu adalah pusat pertokoan yang terdiri dari ruko-ruko kecil memanjang ke atas. Sekarang diisi bioskop besar yang selalu ramai, mall, toko pusat grosir, dan hotel-hotel tinggi seakan tumbuh dari dalam tanah.

*bawah jalan layang, 2009

Daerah Seturan yang dulu banyak sawah, sekarang diisi banyak toko dan cafe juga karaokean. Semakin banyak kos-kosan mahal, dan bahkan jalan selokan sempit itu sekarang sudah diperlebar!

Dahulu jalan Palagan dan jakal atas adalah wilayah yang terasa asing, sepi, dan kampung. Tapi sekarang jalan ini menjadi salah satu bagian dari jalur berkendara yang selalu dilewati setiap hari. Harga tanah ikut menjadi mahal seperti di pusat kota Jogja, dan banyak sekali perumahan mewah dibangun disini.

*Mataram city, 2013

Tiba-tiba Jogja punya apartment tinggi yang bukan rusunami. Dan mall lebih dari satu. Tampaknya Jogja memang adalah kota besar, dan aku masih saja terkejut. Masih mengharapkan Jogja adalah tempat seperti yang digambarkan di FTV yang diisi banyak warna hijau dan jalan yang lapang (seperti Jogja yang kuketahui semasa aku awal kuliah dulu).

Sampai sekarang aku masih belum terbiasa dengan jalanan Jogja yang mendadak jadi penuh terus. Masih saja mikir kalau harusnya jalanan Jogja penuhnya pas weekend aja. Tapi nyatanya sekarang justru jalanan Jogja sepinya ketika hari minggu. Jogja sudah jadi tempat untuk tinggal dan beraktifitas, bukan lagi tempat untuk escape dari rutinitas, dan aku masih saja belum siap menerimanya...


Dan herannya, meski sudah banyak mall, cafe, dan banyak pilihan tempat makan.. aku masih saja suka bingung mau makan dimana.. dasar cewek -.-;

Dan sekarang aku baru sadar, kalo papan reklame yang banyak dan bertumpuk-tumpuk itu sungguhan sangat mengganggu mata..


@ajeng_poyeng
2014

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...