Karena kuliah di UGM dan menjadi pendatang, otomatis daerah jelajahku berada di radius sekitar UGM juga. Macam Jakal bawah, Gejayan, Seturan, dan Malioboro.
Dulu Jakal memang sudah ramai, tapi dulu penuh dengan ruko-ruko kecil, dan beberapa hotel. Sekarang penuh dengan waralaba multinasional, cafe besar, dan butik besar.
Kos-kosan dulu sederhana, sekarang banyak yang seperti kamar hotel.
Daerah jalan Solo antara Seturan hingga pertemuan dengan Gejayan dulu adalah pusat pertokoan yang terdiri dari ruko-ruko kecil memanjang ke atas. Sekarang diisi bioskop besar yang selalu ramai, mall, toko pusat grosir, dan hotel-hotel tinggi seakan tumbuh dari dalam tanah.
Daerah Seturan yang dulu banyak sawah, sekarang diisi banyak toko dan cafe juga karaokean. Semakin banyak kos-kosan mahal, dan bahkan jalan selokan sempit itu sekarang sudah diperlebar!
Dahulu jalan Palagan dan jakal atas adalah wilayah yang terasa asing, sepi, dan kampung. Tapi sekarang jalan ini menjadi salah satu bagian dari jalur berkendara yang selalu dilewati setiap hari. Harga tanah ikut menjadi mahal seperti di pusat kota Jogja, dan banyak sekali perumahan mewah dibangun disini.
Tiba-tiba Jogja punya apartment tinggi yang bukan rusunami. Dan mall lebih dari satu. Tampaknya Jogja memang adalah kota besar, dan aku masih saja terkejut. Masih mengharapkan Jogja adalah tempat seperti yang digambarkan di FTV yang diisi banyak warna hijau dan jalan yang lapang (seperti Jogja yang kuketahui semasa aku awal kuliah dulu).
Sampai sekarang aku masih belum terbiasa dengan jalanan Jogja yang mendadak jadi penuh terus. Masih saja mikir kalau harusnya jalanan Jogja penuhnya pas weekend aja. Tapi nyatanya sekarang justru jalanan Jogja sepinya ketika hari minggu. Jogja sudah jadi tempat untuk tinggal dan beraktifitas, bukan lagi tempat untuk escape dari rutinitas, dan aku masih saja belum siap menerimanya...
Dan herannya, meski sudah banyak mall, cafe, dan banyak pilihan tempat makan.. aku masih saja suka bingung mau makan dimana.. dasar cewek -.-;
Dan herannya, meski sudah banyak mall, cafe, dan banyak pilihan tempat makan.. aku masih saja suka bingung mau makan dimana.. dasar cewek -.-;
Dan sekarang aku baru sadar, kalo papan reklame yang banyak dan bertumpuk-tumpuk itu sungguhan sangat mengganggu mata..
@ajeng_poyeng
2014
1 comment:
Huah, ikutan sedih membaca nya.
Aku juga sepertinya suka jogja yang dulu. terakhir ke Jogja tahun 2013
Post a Comment