intelectual property.

you are welcome to look, read, study, and learn. you are welcome to link/share it. you are welcome to quote or rewrite some of my post, but please don't forget to mention me/link my site.
but you are not allowed and please don't take any of the picture (with or without watermark) from this site without my permission.
Showing posts with label PhotoBox. Show all posts
Showing posts with label PhotoBox. Show all posts

Thursday, July 14, 2016

Cerita Mudik trip 2016 : Jogja - Purbalingga - Jogja - Sragen - Jogja

*Salah satu jalur alternatif yang kuambil ketika mudik lebaran kemarin.
Langit biru indah tanpa gangguan kabel-kabel listrik dan papan reklame :D
Mudik tahun ini kami mulai 2 hari sebelum hari raya Idul Fitri. Proses berangkat dari Jogja ke Purbalingga terasa biasa saja karena kami berangkat hampir tengah malam, dan jalanan masih cukup lengang sehingga kami hanya lewat jalur umum yang memang biasa dilewati.

Aku juga tidak sempat jalan-jalan kemanapun, karena suasana sudah keburu ramai di rumah. Di satu-satunya kesempatan jalan-jalan di Purbalingga, aku bisa mendapatkan foto menarik ini. Sayang, saat itu aku hanya membawa ponsel dan bukan kamera DSLR. Jadi kami harus mengekor beberapa waktu di belakang mobil sebelum bisa mengambil foto dengan stabil. :E

*bukan hal biasa buat aku melihat orang menumpang mobil bak terbuka dengan posisi duduk yang seperti ini.
Tenang dan sambil menghadap depan. (biasanya menyamping)
Kesempatan bermain-main dengan kamera DSLRku yang sempat kucueki selama 3 hari, akhirnya datang ketika perjalanan pulang dari Purbalingga ke Jogja di lebaran lebih sehari. Yup, ini saatnya bermain-main dengan GPS dan mencari jalur alternatif yang sesepi mungkin. 

Buat aku, lebih baik perjalanan menjadi lebih lama, dari pada di jalan harus bertemu terlalu banyak kendaraan #beteKaloKetemuTerlaluBanyakOrang.

Perjalanan pulang kali ini, kami memilih jalur terpendek yang ditunjukkan oleh Google Navigation, sekaligus jalur yang paling tidak populer di kalangan pemudik. Yup, karena jalan ini melibatkan menaiki dan menuruni jalan perbukitan yang curam, dengan jurang di kiri atau kanan jalan. Mobil harus dalam keaadan prima jika memutuskan melewati jalan ini. Mobil kami bahkan sempat mogok sekali di tanjakan karena suamiku salah ambil gigi #tegang.

But the views is worth waiting!

*jalan lengang tapi tetap tidak bisa ngebut. Tikungan dan tanjakan/turunan menantimu.
*melewati jajaran hutan pinus. What a view!
Persis setelah kami melewati hutan pinus, kami bisa melihat hamparan air yang luas! Karena kami sampai di waduk Sempor, Kebumen.

Sudah lama sekali sejak terakhir aku mengunjungi sebuah danau atau waduk. Menyenangkan sekali bisa melihat air luas tanpa ombak kencang seperti jika ke pantai. Air yang tenang itu menenangkan hati. ^ ^

Kami beristirahat sejenak sambil selfi beberapa kali disana. #biasalahNamanyaJugaTuris.

*istirahat sejenak di parkiran Waduk Sempor, Kebumen (search aja di google).
Pemandangan waduknya menenangkan!
Menuju pusat kota Kebumen, mau tak mau kami harus melewati jalur mudik yang biasa. Sudah dapat diduga macet parah menanti di perjalanan. Dari pada bosan melihat pantat mobil di depan, aku akhirnya malah berusaha selfi keadaan kursi depan kami. Percobaan berkali-kali membuat batere kameraku hampir habis. #haha. Taruh dulu deh kameranya untuk nanti.

*keadaan kursi depan kami.

Suasana kembali kondusif, ketika kami berhasil menemukan jalur alternatif lain supaya lebih cepat masuk ke jalur Daendels tanpa harus lewat kota. Menyusuri jalur menuju pantai, disambung ke jalan Daendels itu sungguh menyenangkan. Less cars, less stress. 

Sempat kelaparan juga sebelum akhirnya menemukan warung makan yang buka di hari lebaran. Alhamdulillah. :D
*lihat! cakrawala laut selatan terlihat di ujung setiap muara sungai di setiap jembatan yang kami lewati sepanjang jalur Daendels.
*Jalur yang dulu banyak lubang, sekarang halus dan lebar.
* suasana lebaran tak berarti berhenti bekerja.
Semua foto perjalanan ini diambil memakai mode Speed tanpa memelankan laju kendaraan.
Sesampainya di Yogyakarta, sebenarnya kami bisa langsung menuju rumah melalui jalur Wates. Tapi suami memutuskan untuk jalan-jalan dan menghabiskan jalur Daendels hingga jalan Bantul. Di beberapa tempat kami akhirnya mencari jalur alternatif lagi untuk menghindari kemacetan yang parah.

*senja di langit Bantul, DI. Yogyakarta
*matahari terbenam ketika kami sampai ke kota Bantul.
Akhirnya kami sampai di rumah juga dan disambut oleh kucing kami yang jaga rumah selama tiga hari selama kami tinggal ke Purbalingga. Tidur semalam, mudik dilanjut lagi besok.. ke Sragen. Istirahat-istirahat!

Lebaran lebih dua hari. Esoknya selepas Dhuhur, kami berangkat mudik kedua: Jogja menuju Sragen. Memasuki hari kedua setelah lebaran, sudah tak perlu dipertanyakan bagaimana keadaan jalan raya. Warna merah macet dimana-mana! Itulah mengapa ketika kami hampir masuk surakarta, kami memilih jalur klewer, dan untuk selanjutnya main belok sana belok sini demi sebisa mungkin menghindari warna merah di jalur, hingga kami melewati pusat kota.

Kabar baiknya sih, jalan di penjuru kota Solo sudah diaspal dan halus, sehingga kami tidak merasa melewati pedesaan.

Menuju Sragen, sebenarnya kemacetan masih bisa ditolerir. Tapi karena sepertinya asyik jika mencoba sampai ke rumah lewat jalan belakang, maka ketika gambar di Google Maps sepertinya memungkinkan, kami keluarlah dari jalur utama dan berpetualang lagi. #haha.

And, these what we've got!

*Okeee. jalurnya memang besar dan muat mobil. Tapi bentuknya itu lho.. hahaha. Tetap lanjut!
* kamu bisa lihat di ujung jalan, beberapa motor menunggu kami lewat. Karena memang jalurnya kami ambil semua. Haha.
*Astajim, ada traktor diparkir di jalur! Dicari pemiliknya ga ketemu juga.
Deg-degan, kita berusaha lewat. sumpah.. mepeeett banget sama sawah. Kalo tanahnya ga kuat, udah masuk sawah kita.
*permisi numpang lewatt... :D
*ga ada tiang dan kabel listrik. Apalagi papan iklan. :D
*Ini adalah jalan kampung biasa, pemandangan yang tidak bisa didapat jika lewat jalur utama biasa.
Di rumah Sragen sudah tidak begitu ramai karena beberapa kerabat sudah balik ke rumah masing-masing. Ada yang hari liburnya pendek banget.

Kami malah bermain-main dengan anak anjing di rumah, sebelum mereka diadopsikan. XD

*lima anjing dalam satu pelukan! cuteness overload!!
Lebaran lebih tiga hari, kembali menuju Jogja, asyik sekali karena ada kesempatan melewati jalan tol Sragen-Solo yang masih dalam proses pembangunan itu. Lumayan, meskipun belum bisa dipakai ngebut, tapi lengang dan pemandangannya luas. 

*Ini sudah masuk jalan Tol. Serasa lewat jalur alternatif tengah kampung dan sawah.
*penduduk lokal masih bisa lewat dengan leluasa.
Pstt.. spot ini juga jadi favorit untuk jadi tempat foto-foto lho. Mungkin karena tiangnya yang miring tampak menarik.
Mulai keluar dari tol, kami harus putar otak lagi menyiasati warna merah macet, maka kami memutuskan lewat jalur Sukoharjo, supaya keadaan perjalanan menjadi lebih menyenangkan lagi.

*episode kedua, dari selfi keadaan kursi depan
Sebelum sampai Jogja, kami mampir dulu silaturahmi ke rumah sahabat di Klaten. Lumayan meluruskan kaki selama 1-2 jam.

Perjalanan ke Jogja sekali lagi kami siasati dengan berbelok ke kanan sebelum candi prambanan, supaya bisa langsung keluar di Jl. Kaliurang KM 9 (make Google navigation dengan tujuan Tengkleng Gajah. haha). Karena sudah malam, tidak ada foto yang bisa kuambil dan tidak ada pemandangan yang bisa dilihat. Tujuan utama kami hanya supaya bisa segera sampai rumah dan tidurrrrrrrrrr.... *besoknya masih mesti syawalan di kampung dan di jogja. ^ ^; Dan juga siap-siap kerja lagiii.. 

Tips berkendara mudik lebaran lebih bebas stress: 

Gunakan Google Maps-mu semaksimal mungkin. Jangan hanya mengambil jalur yang disarankan. Perhatikan warna jalur yang kamu pilih, warna merah artinya daerah itu macet. Lihat-lihat di sekitar jalur tersebut, apakah ada jalan lain yang bisa diambil yang akan membawamu menghindari jalur berwarna merah tersebut tanpa menyimpang terlalu jauh dari tujuan akhir perjalananmu.

nb: Cara berkendara ini hanya bisa dipakai untuk tim minimal 2 orang (satu menyetir, satu sebagai navigator). Dan tim adalah orang yang tidak masalah jika sampai tujuan lebih lama dari pada lewat jalur utama yang macet. Tim juga harus kompak dan saling mempercayai satu sama lain ya, karena sopir ga bakal sempet cek jalur, jadi navigator yang tanggung jawab pastiin jalurnya nyambung.

It's not about the destination, it's about the journey. ;)



ajeng-sitoresmi.blogspot.com

Saturday, April 26, 2014

PhotoBox : dari Fashion Show di Royal Ambarukmo


23 April yang lalu, aku secara tak sengaja pergi menonton acara fashion show di Hotel Royal Ambarukmo. Sebenarnya sih memang mau melihat teman yang kebetulan mengisi salah satu bagian awal acara tersebut, meskipun pada akhirnya aku tidak pulang hingga keseluruhan acara berakhir.

Dari pengamatanku, sebenarnya tidak sulit masuk untuk ikut melihat acara tertutup ini meskipun kamu tidak memiliki undangan sekalipun. Asal kamu sudah tahu kapan, dimana, dan apa dresscodenya, sangat mudah untukmu untuk ikut melihat acara tertutup ini. Aku yang waktu itu sengaja mendaftar untuk medapat kartu fotografer pun sama sekali tidak ditanyai dari media mana. Dan kamu tidak perlu menunjukkan undanganmu untuk bisa masuk dan duduk. Jadi, asal terlihat cukup fashionable dan cuek, sepertinya bisa menyusup lagi ke acara sejenis yang lain. :)


Ini adalah pertama kalinya aku bermain-main dengan kamera memakai sudut pandang di fotografer pit di ujung catwalk. Ya memang, aku tahu bahwa sudut ini dianggap membosankan oleh beberapa fotografer, dan kamu hanya akan mendapatkan satu sudut pandang foto saja. Tapi malam itu niatku memang ingin memfoto baju yang dipamerkan dengan sejelas-jelasnya. Karena itulah aku sengaja memilih comfort zone dengan pencahayaan paling terang ini, dan tidak berkeliling untuk bermain eksperimen foto.

Acara ini diisi 20 desainer APPMI DIY yang mengangkat batik di 5 wilayah di Yogyakarta.
Dan ini adalah beberapa desain yang menarik perhatianku. Semuanya karena alasan pribadi yang sepele, seperti = karena motif batiknya menarik, karena sangat anggun dipakai modelnya, karena mungkin bisa dipakai cosplay, atau hanya karena aku belum pernah melihat yang seperti itu. ^ ^






    




peace!

@ajeng_poyeng (ajeng-sitoresmi.blogspot.com)

Friday, April 18, 2014

PhotoBox : Jalan diantara Jogja dan Purbalingga dari sudut penumpang


Tampaknya meskipun berniat sungguh, susah juga berusaha untuk mengisi setidaknya satu posting sebulan.
Setidaknya susah buat aku sih.. Lebih mudah update status di Facebook, karena meskipun aku sangat amat jarang update status tulisan, tapi reshare foto atau artikel pasti selalu terjadi setidaknya sekali online.
Jadi inilah, satu posting yang dibuat sejak terakhir bikin posting malam tahun baru, dan lagi-lagi posting foto.

* * *
Yang terlihat ini adalah, sebagian kecil jalan Daendels Selatan. Yap, dari Jogja kita mencoba lewat jalur tua yang sudah ada sejak abad 14 dan sering salah dikira dibuat oleh jenderal Daendels ini, dan langsung kapok karena kondisi jalan yang menyedihkan setelah kita keluar dari wilayah DIY, sampai-sampai sepertinya orang joging akan memiliki kecepatan yang lebih tinggi dari mobil tua kami.

Meskipun lumayan asyik juga melewati lahan tanaman palawija yang tak habis habisnya di lajur kiri, diselingi rumah-rumah di lajur kanan yang sangat mengingatkan masa kecil di rumah nenek ketika dulu teknologi dan hidup masih sangat sederhana.


*sungai yang bertemu laut
*jalan jelek ketemu jalan bagus
Di Jl Raya Purbalingga-Bobotsari ketika kami sedang jalan-jalan menuju desa kelahiran Jenderal Sudirman, kami tak sengaja melihat masjid unik ini! Masjid Jami Muhammad Cheng Ho Purbalingga (yup, memang harus pakai nama kota karena banyak masjid bernama sama di kota lain di Indonesia) ini didirikan oleh Persatuan Islam Tionghoa Indonesia yang diresmikan awal Juli 2011.

selalu dipakai foto-foto pengunjung
Tidak ada kubah bulat diatas masjid ini, itulah mengapa jika kamu tidak memperhatikan betul, bisa saja kamu salah mengira ini sebuah klenteng (tempat ibadah tradisional Tionghoa). Dan tanpa sengaja juga kami bertemu salah seorang pelopornya ko Heri Susetyo ketika mampir sholat disana dan dengan ramah menyapa kami.

segi delapan melambangkan penjuru mata angin dakwah Islam
dan jaring laba-laba yang melambangkan perlindungan
mengobrol dengan ko Heri
Dan ini adalah sedikit bukti bahwa ketika kamu jalan-jalan memakai mobil yang cukup tidak biasa, kamu akan kesulitan mendapatkan foto candid karena semua orang yang kamu foto tampak seperti melihat ke arah kamera. (yang sebenarnya sedang melihat ke arah mobil)



Pulang menuju Jogja kami memutuskan untuk lewat jalur favorit kami saja yang melewati antara gunung Sindoro dan Sumbing. Tapi, keinginan jalan-jalan masih belum hilang ternyata ketika si pengendali kemudi tiba-tiba belok arah mencoba mendaki wisata alam Posong yang terkenal di kalangan pecinta alam dan penggemar fotografi ini setelah berusaha mengurangi dingin dengan makan di Warung Joglo.
*segera makan sebelum membeku!
*parkiran waroeng joglo
Aku sih senang-senang saja karena saat itu kabut sedang tebal sekali (Aku suka kabut!). Dan kalau bukan karena Ducky sedang ngambek minta di tune-up, mungkin kami bisa naik sampai finish di Posong. Hmmm... tak masalah, karena keindahan wisata ini sudah bisa dinikmati ketika kemu sedang melewati jalur tersebut. Tapi tunggu saja kedatangan kami berikutnya dengan kondisi Ducky yang siap mendaki, kami akan sampai finish!!








*Foto-foto kali ini yang bukan bangunan dan tidak terlihat kombi birunya, diambil dari kursi penumpang di sebelah supir mobil, dalam kondisi kendaraan jalan. Karena memang aku sedang belajar untuk bisa memotret dari atas mobil yang bergerak dan selalu bergoyang-goyang. (mana ada sih kombiku ini bisa jalan semulus mobil baru yang sampai ngga ngerasa kayak bergerak itu??)


peace!

@ajeng_poyeng (ajeng-sitoresmi.blogspot.com)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...