Happy Day everyone!!!
*salah satu official poster Harry Potter and The Half-Blood Prince
Wakakaka...
Akhirnya dah nonton Harry Potter and The Half-Blood Prince!!!
Setelah, pagi2 bangun tidur langsung ke Empire XXI buat ngantri tempat duduk paling belakang... (Thx God dapet).
Now, for the review..
Pertama : Aku suka Film Harry Potter yang ini!!
Kenapa??
Padahal ga sedikit review yang justru membencinya karena ketidak miripannya dengan buku.
Hahaha....
Menurutku ya... Buku dan Film itu adalah dua media yang berbeda. Penggolongannya aja dah beda, Media Cetak dan Media elektronik. Tulisan dan Audio-Visual.
Itulah mengapa, penggambaran suatu hal yang sama pun ga bakalan bisa "disamakan" dalam dua media yang dah beda ini.
Kalo ga total disamakan semua-muanya (contoh yang berhasil : Lord of The rings trilogy), ya mending sekalian aja jangan mencoba-coba maksa memvisualisikan secara "gamblang". karena bakal terlihat nanggung dan terpotong-potong.
Singkat kata akibatnya adalah sama sekali tak tertiup "jiwa" dalam suatu film yang diadaptasi dari buku itu.
Dan film ini adalah salah satu dari dua film harry Potter yang menurutku berhasil meniupkan "jiwa" ke dalamnya.. Bagus!!! (Salah satu lainnya adalah Harry Potter and the Prisoner of Azkaban). :D
Yah.. meski sang Half-Blood Prince sendiri, secara dia adalah judul, malah hampir tak pernah disinggung sama sekali (selain betapa bukunya telah membantu harry)
Lebih baik.. coba saksikanlah sendiri dan lihat. :)
Sekian dan terimakasih. m(_ _)m
4 comments:
aku belon nontooon... kapan ya ke jogja???
sepakat jeng. ketika menonton buku yang difilm kan, kita harus memulai dengan mind set yg berbeda. karena dua-duanya emang beda. jangan dipaksain jadi sama. hakekatnya emang uda beda. karena film biasanya akan selalu dianggap berbeda dengan buku. soalnya ketika baca buku, imajinasi visual kita pasti main. sedangkan klo di film, imajinasi visual kita sudah dikotakan sesuai dengan yg ada di layar. mana bisa sama...
waktu nonton filmnya, aku pikir ceritanya bagus (soalnya rada lupa sama cerita di bukunya), tapi kenapa ya banyak yang ngritik film ini?
Ada yang bilang sih lantaran banyak elemen yang diilangin, kaya' masalah judul tadi.
Yang bener tuh emang kayak kamu chus. Datang nonton sebagai kertas putih kosong. Nonton tanpa memblaurkan antara buku dan film, meski yang dibicarain sama persis.
Coz nonton film kan beda dengan "nonton" buku.
Jadi kita bisa bener2 menilai film itu dengan lebih obyektif.
Ga mengecewakan kan hasilnya? :)
Post a Comment