memotret matahari terbit dengan 6630ku ketika kereta ekonomiku ke Bandung berhenti sejenak. (2/2/2007)
Sampai pagi tadi aku masih bingung. Kacau dan berantakan.
Lalu akupun berbicara pada seorang teman. Dan tampaknya perkataannya sedikit banyak sudah membuatku tenang. Dan mungkin bisa memulai mengambil keputusan.
Seperti ucap seorang teman yang lain, yang bilang bahwa aku sebaiknya mulai mengambil sikap untuk mulai mencari jawaban atas pertanyaan2 yang aku tak punya jawabannya itu.
Dan bertanya sebesar apakah harapanku?
Sebenarnya sudah sejak lama aku mendapatkan jawaban atas satu kegalauanku itu.
Tapi seperti pedang bermata dua, pilihan jawabannya tak ada yang tidak menimbulkan luka.
Buat aku, dan juga mereka.
Tapi toh, aku (dan mungkin juga mereka) sama-sama terluka jawaban manapun yang kupilih.
Akhirnya, bukankah mesti jawaban terbaiklah yang mestinya harus kupilih?
Meski dengan konsekuensi paling besar sekalipun. Meski diriku bakal hancur sekalipun.
Tahu bakal pecah, ya banting saja. Daripada dipukul retak pelan2 dan toh bakal pecah juga.
Ini buat hidupku sendiri. Aku harus tetap maju. Toh masa tak bakal ikut berhenti dan menungguku jika aku terpaku disini.
Tapi tetap saja, semua tak semudah itu. Aku tetap butuh waktu, buat mengumpulkan keberanian.
Semoga tidak terlalu lama.
Semoga tidak terlambat (lagi).. .
PS: Aku sedang memutuskan untuk berdamai denganMu. Semangati dan lihatlah aku.
Sampai pagi tadi aku masih bingung. Kacau dan berantakan.
Lalu akupun berbicara pada seorang teman. Dan tampaknya perkataannya sedikit banyak sudah membuatku tenang. Dan mungkin bisa memulai mengambil keputusan.
Seperti ucap seorang teman yang lain, yang bilang bahwa aku sebaiknya mulai mengambil sikap untuk mulai mencari jawaban atas pertanyaan2 yang aku tak punya jawabannya itu.
Dan bertanya sebesar apakah harapanku?
Sebenarnya sudah sejak lama aku mendapatkan jawaban atas satu kegalauanku itu.
Tapi seperti pedang bermata dua, pilihan jawabannya tak ada yang tidak menimbulkan luka.
Buat aku, dan juga mereka.
Tapi toh, aku (dan mungkin juga mereka) sama-sama terluka jawaban manapun yang kupilih.
Akhirnya, bukankah mesti jawaban terbaiklah yang mestinya harus kupilih?
Meski dengan konsekuensi paling besar sekalipun. Meski diriku bakal hancur sekalipun.
Tahu bakal pecah, ya banting saja. Daripada dipukul retak pelan2 dan toh bakal pecah juga.
Ini buat hidupku sendiri. Aku harus tetap maju. Toh masa tak bakal ikut berhenti dan menungguku jika aku terpaku disini.
Tapi tetap saja, semua tak semudah itu. Aku tetap butuh waktu, buat mengumpulkan keberanian.
Semoga tidak terlalu lama.
Semoga tidak terlambat (lagi).. .
PS: Aku sedang memutuskan untuk berdamai denganMu. Semangati dan lihatlah aku.
2 comments:
Ada aku di sisimu sayang.
Post a Comment