intelectual property.

you are welcome to look, read, study, and learn. you are welcome to link/share it. you are welcome to quote or rewrite some of my post, but please don't forget to mention me/link my site.
but you are not allowed and please don't take any of the picture (with or without watermark) from this site without my permission.

Friday, April 18, 2014

PhotoBox : Jalan diantara Jogja dan Purbalingga dari sudut penumpang


Tampaknya meskipun berniat sungguh, susah juga berusaha untuk mengisi setidaknya satu posting sebulan.
Setidaknya susah buat aku sih.. Lebih mudah update status di Facebook, karena meskipun aku sangat amat jarang update status tulisan, tapi reshare foto atau artikel pasti selalu terjadi setidaknya sekali online.
Jadi inilah, satu posting yang dibuat sejak terakhir bikin posting malam tahun baru, dan lagi-lagi posting foto.

* * *
Yang terlihat ini adalah, sebagian kecil jalan Daendels Selatan. Yap, dari Jogja kita mencoba lewat jalur tua yang sudah ada sejak abad 14 dan sering salah dikira dibuat oleh jenderal Daendels ini, dan langsung kapok karena kondisi jalan yang menyedihkan setelah kita keluar dari wilayah DIY, sampai-sampai sepertinya orang joging akan memiliki kecepatan yang lebih tinggi dari mobil tua kami.

Meskipun lumayan asyik juga melewati lahan tanaman palawija yang tak habis habisnya di lajur kiri, diselingi rumah-rumah di lajur kanan yang sangat mengingatkan masa kecil di rumah nenek ketika dulu teknologi dan hidup masih sangat sederhana.


*sungai yang bertemu laut
*jalan jelek ketemu jalan bagus
Di Jl Raya Purbalingga-Bobotsari ketika kami sedang jalan-jalan menuju desa kelahiran Jenderal Sudirman, kami tak sengaja melihat masjid unik ini! Masjid Jami Muhammad Cheng Ho Purbalingga (yup, memang harus pakai nama kota karena banyak masjid bernama sama di kota lain di Indonesia) ini didirikan oleh Persatuan Islam Tionghoa Indonesia yang diresmikan awal Juli 2011.

selalu dipakai foto-foto pengunjung
Tidak ada kubah bulat diatas masjid ini, itulah mengapa jika kamu tidak memperhatikan betul, bisa saja kamu salah mengira ini sebuah klenteng (tempat ibadah tradisional Tionghoa). Dan tanpa sengaja juga kami bertemu salah seorang pelopornya ko Heri Susetyo ketika mampir sholat disana dan dengan ramah menyapa kami.

segi delapan melambangkan penjuru mata angin dakwah Islam
dan jaring laba-laba yang melambangkan perlindungan
mengobrol dengan ko Heri
Dan ini adalah sedikit bukti bahwa ketika kamu jalan-jalan memakai mobil yang cukup tidak biasa, kamu akan kesulitan mendapatkan foto candid karena semua orang yang kamu foto tampak seperti melihat ke arah kamera. (yang sebenarnya sedang melihat ke arah mobil)



Pulang menuju Jogja kami memutuskan untuk lewat jalur favorit kami saja yang melewati antara gunung Sindoro dan Sumbing. Tapi, keinginan jalan-jalan masih belum hilang ternyata ketika si pengendali kemudi tiba-tiba belok arah mencoba mendaki wisata alam Posong yang terkenal di kalangan pecinta alam dan penggemar fotografi ini setelah berusaha mengurangi dingin dengan makan di Warung Joglo.
*segera makan sebelum membeku!
*parkiran waroeng joglo
Aku sih senang-senang saja karena saat itu kabut sedang tebal sekali (Aku suka kabut!). Dan kalau bukan karena Ducky sedang ngambek minta di tune-up, mungkin kami bisa naik sampai finish di Posong. Hmmm... tak masalah, karena keindahan wisata ini sudah bisa dinikmati ketika kemu sedang melewati jalur tersebut. Tapi tunggu saja kedatangan kami berikutnya dengan kondisi Ducky yang siap mendaki, kami akan sampai finish!!








*Foto-foto kali ini yang bukan bangunan dan tidak terlihat kombi birunya, diambil dari kursi penumpang di sebelah supir mobil, dalam kondisi kendaraan jalan. Karena memang aku sedang belajar untuk bisa memotret dari atas mobil yang bergerak dan selalu bergoyang-goyang. (mana ada sih kombiku ini bisa jalan semulus mobil baru yang sampai ngga ngerasa kayak bergerak itu??)


peace!

@ajeng_poyeng (ajeng-sitoresmi.blogspot.com)

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...